Selamat Datang di Website Puskesmas Seririt I

Papan Nama Puskesmas

Memberikan pelayanan optimal, dengan motto : Senyum, Edukasi, Harmonis, .Aman, Taat, dan Indah

Halaman Puskesmas

Halaman depan Puskesmas yang cukup luas, dapat digunakan untuk tempat parkit pasien dan petugas.

Staff Puskesmas

Staff Puskesmas yang bekerja baik di pelayanan maupun operasional.

UGD Puskesmas

Suasana UGD saat pelayanan kesehatan.

Rapat Bulanan

Rapat rutin setiap bulan, bersama seluruh staff puskesmas, membahas semua permasalahan yang ada di Puskesmas.

Rabu, 28 November 2012

Penanganan Asma Bronkiale



Asma adalah keadaan saluran nafas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.

PENATALAKSANAAN :

1. persetujuan medik
2. posisi 1/2duduk
3. Menegakkan diagnosis Asma Bronkiale antra lain :

  • Anamnese : Riwayat sesak nafas sebelumnya, Riwayat ektopik pada keluarga
  • Pemeriksaan : adanya mengi ekspirasi pada auskultasi

4. Berikan oksigen / O2 2 – 4 1/menit
5. Berikan bronkodilator antara lain :

  • Adrenalin 0,3 ml, bisa diulang tiap 15 menit maximal 3 kali
Indikasi : HT, tachyardi > 120 1/menit
Hati – hati : pada pendnerita penyakit jantung usia tua ( 40 tahun keatas).
  • Aminopillin : diberikan secara i.v pelan (± 15 menit) atau drip per infus. Dosis 5 – 6 mg/kg BB.
Dosis dewasa : 1 ampul (240 mg) diberikan tiap 6 jam.
Kontra indikasi : keadaan syok atau hipotensi.
  • OBH 2 tetes + NaCL 4 cct dengan Nebulizer.

6. Bila keadaan belum teratasi perlu dipertimbangkan :

  • Pemberian steroid antara lain : Dexamethason i.v 5 – 10 mg, Hidrocortison 100 – 200 mgg.
  • Pemberian Antibiotik, apabila curiga ada infeksi.

7. Berikan Hidrasi dengan infus D5 % atau NaCL 1 liter pada 2 jam pertama.
8. Bila ada Acidosis Respiratorik berikan Meylon (Bikarbonat Natrium) 1 ml / kg BB.
9. Penderita di MRS kan bila mengalami status Astmatikus atau keadaan umumnya jelek.
10. Bila perlu konsulatasi dengan spesialis paru

Penanganan Syok Anafilaksis



Anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi berat yang terjadi tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian. Anafilaksis biasanya ditunjukkan oleh beberapa gejala termasuk diantaranya ruam gatal, pembengkakan tenggorokan, dan tekanan darah rendah. Reaksi ini umumnya disebabkan oleh gigitan serangga, makanan, dan obat.

Gejala
Anafilaksis biasanya memberikan berbagai gejala yang berbeda dalam hitungan menit atau jam. Gejala akan muncul rata-rata dalam waktu 5 sampai 30  menit bila penyebabnya suatu zat yang masuk ke dalam aliran darah secara langsung (intravena). Rata-rata 2 jam jika penyebabnya adalah makanan yang dikonsumsi orang tersebut. Daerah yang umumnya terkena efek adalah: kulit (80–90%), paru-paru dan saluran napas (70%), saluran cerna (30–45%), jantung dan pembuluh darah (10–45%), dan sistem saraf pusat (10–15%). Biasanya dua sistem atau lebih ikut terlibat.

Kulit
Gejala khas termasuk adanya tonjolan di kulit (kaligata), gatal-gatal, wajah dan kulit kemerahan (flushing), atau bibir yang membengkak. Bila mengalami pembengkakan di bawah kulit (angioedema), mereka tidak merasa gatal tetapi kulitnya terasa seperti terbakar. Pembengkakan lidah atau tenggorokan dapat terjadi pada hampir 20% kasus. Gejala lain adalah hidung berair dan pembengkakan membran mukosa pada mata dan kelopak mata (konjungtiva). Kulit mungkin juga kebiruan (sianosis) akibat kekurangan oksigen.

Saluran napas
Gejala saluran napas termasuk napas pendek, sulit bernapas dengan napas berbunyi bernada tinggi (mengi), atau bernapas dengan napas berbunyi bernada rendah (stridor). Mengi biasanya disebabkan oleh spasme pada otot saluran napas bawah (otot bronkus).Stridor disebabkan oleh pembengkakan di bagian atas, yang menyempitkan saluran napas. Suara serak, nyeri saat menelan, atau batuk juga dapat terjadi.

Jantung
Pembuluh darah jantung dapat berkontraksi secara tiba-tiba(spasme arteri koroner) karena adanya pelepasan histamin oleh sel tertentu di jantung. Keadaan ini mengganggu aliran darah ke jantung, dan dapat menyebabkan kematian sel jantung (infark miokardium), atau jantung berdetak terlalu lambat atau terlalu cepat (distrimia jantung), atau bahkan jantung dapat berhenti berdetak sama sekali (henti jantung). Seseorang dengan riwayat penyakit jantung sebelumnya memiliki risiko lebih besar mengalami efek anafilaksis terhadap jantungnya. Meskipun lebih sering terjadi detak jantung cepat akibat tekanan darah rendah, 10% orang yang mengalami anafilaksis dapat memiliki detak jantung yang lambat (bradikardia) akibat tekanan darah rendah. (Kombinasi antara detak jantung lambat dan tekanan darah rendah dikenal sebagai refleks Bezold–Jarisch). Penderita dapat merasakan pening atau bahkan kehilangan kesadaran karena turunnya tekanan darah. Turunnya tekanan darah ini dapat disebabkan oleh melebarnya pembuluh darah (syok distributif) atau karena kegagalan ventrikel jantung (syok kardiogenik).  Pada kasus yang jarang, tekanan darah yang sangat rendah dapat merupakan satu-satunya tanda anafilaksis.
Lain-lain
Gejala pada perut dan usus dapat berupa nyeri kejang abdomen, diare, dan muntah-muntah. Penderita mungkin mengalami kebingungan (confusion), tidak dapat mengontrol berkemih, dan dapat juga merasa nyeri di panggul yang terasa seperti mengalami kontraksi rahim. Melebarnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sakit kepala.Penderita dapat juga cemas atau merasa seperti akan mati.

Penyebab
Anafilaksis dapat disebabkan oleh respon tubuh terhadap hampir semua senyawa asing. Pemicu yang sering antara lain bisa dari gigitan atau sengatan serangga, makanan, dan obat-obatan. Makanan merupakan pemicu tersering pada anak dan dewasa muda. Obat-obatan dan gigitan atau sengatan serangga merupakan pemicu yang sering ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua. Penyebab yang lebih jarang diantaranya adalah faktor fisik, senyawa biologi (misalnya air mani), lateks, perubahan hormonal, bahan tambahan makanan (misalnya monosodium glutamat dan pewarna makanan), dan obat-obatan yang dioleskan pada kulit (pengobatan topikal). Olah raga atau suhu (panas atau dingin) dapat juga memicu anafilaksis dengan membuat sel tertentu (yang dikenal sebagai sel mast) melepaskan senyawa kimia yang memulai reaksi alergi. Anafilaksis karena berolahraga biasanya juga berkaitan dengan asupan makanan tertentu. Bila anafilaksis timbul saat seseorang sedang dianestesi (dibius), penyebab tersering adalah obat-obatan tertentu yang ditujukan untuk memberikan efek melumpuhkan (obat penghambat saraf otot), antibiotik, dan lateks. Pada 32-50% kasus, penyebabnya tidak diketahui (anafilaksis idiopatik).

Diagnosis
Anafilaksis didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Bila muncul salah satu dari tiga gejala di bawah ini dalam waktu beberapa menit/jam setelah seseorang terpapar suatu alergen, kemungkinan besar orang tersebut mengalami anafilaksis:
  • Gejala pada kulit atau jaringan mukosa bersamaan dengan sesak napas atau tekanan darah rendah
  • Terjadinya dua atau lebih gejala berikut ini:-
  1. Gejala pada kulit atau mukosa
  2. Sesak napas
  3. Tekanan darah rendah
  4. Gejala saluran cerna
  • Tekanan darah rendah setelah terpapar allergen tersebut
Bila seseorang memberikan reaksi berat setelah tersengat serangga atau minum obat tertentu, pemeriksaan darah untuk menguji kadar tryptase atau histamin (yang dilepaskan oleh sel mast) akan sangat membantu dalam mendiagnosis anafilaksis. Namun, pemeriksaan ini tidak akan bermanfaat apabila penyebabnya adalah makanan atau bila tekanan darah tetap normal, dan pemeriksaan tersebut tidak dapat menyingkirkan diagnosis anafilaksis.

Bagan Penanganan Syok Anaflaksis


Rabies Center


Rabies adalah penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat, menyerang hewan berdarah panas dan manusia. disebabkan oleh virus rabies (rhabdovirus), biasanya selalu diakhiri dengan kematian

Sasaran program

  1. Menurunkan angka kematian pada manusia hingga nol
  2. Meningkatkan cakupan post-eksposure treatment kepada kasus gigitan berisiko tinggi terhadap rabies
  3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap rabies

Penanganan luka gigitan HPR

  1. pencucian luka gigitan dengan sabun/deterjen dibawah air mengalir selama 10-15 menit dilakukan berulang-ulang dan diberi antiseptis
  2. tidak dibenarkan menjahit luka, bila terpaksa dengan jahitan situasi perlu diberi SAR infiltrasi sekitar luka gigitan
  3. pemberian pengobatan pasteur (post exposure treatment) sesuai dengan protap
  4. pemberian obat lain: antibiotik, ATS dll bila diperlukan (simptomatis)

Investigasi sebelum pemberian VAR atau SAR

  1. kontak/jilatan/gigitan
  2. kejadiannya didaerah tertular atau bebas
  3. apakah didahului tindakan provokatif
  4. hewan yang menggigit ditangkap?
  5. apakah penderita pernah dapat VAR
  6. hewannya apakah divaksin?

Identifikasi lokasi luka gigitan

  1. apakah lukanya risiko tinggi
  2. luka pada mukosa
  3. luka didaerah atas bahu (muka, kepala, leher)
  4. luka pada jari tangan dan kaki
  5. luka pada genitalia
  6. luka multipel (banyak tempat)

untuk luka didaerah risiko rendah diberi VAR
untuk luka didaerah risiko tinggi beri kombinasi VAR dan SAR
kontak saliva dengan daerah yang tidak ada luka tidak perlu diberi VAR atau SAR

Pemberian VAR

  • Purified Vero Rabies Vaccin (PVRV) : vaksin kering dalam vial dan pelarut 0,5 ml.dosis dewasa dan anak-anak sama 0,5 ml metode 2-1-1 (4 kali pemberian):
  • hari 0 : 2 kali pemberian deltoid kanan kiri IM
  • hari 7 dan hari 21 pemberian 1x deltoid kanan atau kiri IM

catatan: kalau penderita mendapatkan SAR diulang VAR 0,5 ml hari ke 90

Pemberian SAR

  • Serum homolog kemasan 1 vial 2 ml (1 ml=150 IU) dengan dosis 20 IU/kgBB disuntikan infiltrasi disekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya IM, diberikan bersamaan dengan VAR, sebelumnya tidak dilakukan skin test
  • Serum heterolog (kuda) kemasan 1 vial 20 ml (1 ml= 100 IU). dengan dosis 40 IU/kgBB disuntikkan infiltrasi disekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya IM, diberikan bersamaan dengan VAR, sebelumnya dilakukan skin test.

Alur penanganan kasus gigitan hewan



Program Penanggulangan Malaria



Pelaksanaan Program:
Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografi tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penular-penularan kembali

Tujuan Umum :

  • Pengendalian penyakit serta vektor malaria.

Tujuan Khusus :

  • Untuk menemukan dan mengendalikan penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Seririt I,
  • Untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria terutama dalam pemberantasan vektor nyamuk,
  • Untuk melaksanakan penyuluhan tentang penyakit malaria di masyarakat .

Sasaran :

  • Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Seririt I .

Kegiatan Program :


  • Reservoir : 
Melaksanakan pengambilan darah untuk pemeriksaan lab pada penderita suspek malaria dan pengobatan pada semua penderita malaria.
  • Rantai penularan:
Pemberantasan vektor malaria dengan cara melakukan penyemprotan (fogging).
  • Penduduk yang at risk :
Penyuluhan tentang penyakit malaria pada masyarakat.


Proses :

  • Planning :
Perencanaan program bekerja sama dengan pemegang program surveilan dan poliklinik.
  • Organizing :
Pertemuan lintas program dilaksanakan setiap bulan.
  • Actuating :
Bekerja sama dengan petugas program yang terkait, kader masyarakat desa yang dilibatkan dalam upaya pemberantasan vektor serta berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Tingkat II Kabupaten Buleleng.
  • Controling :
Evaluasi dilakukan oleh pemegang program dan dilaporkan setiap tiga bulan sekali dan tiap tahun.

Output :

  1. Target pemeriksaan darah seluruh penderita suspek malaria (100%) .
  2. Target pengobatan: seluruh penderita malaria (100%) .
  3. Target penyuluhan dilakukan satu bulan sekali .

Penemuan penderita
Passive Case Detection
adalah penemuan penderita malaria oleh petugas kesehatan di unit pelayanan kesehatan dengan menunggu kunjungan penderita
sasaran:
Semua penderita malaria klinis, baik akut maupun kronis dan penderita gagal pengobatan yang datang ke unit pelayanan kesehatan (UPK)

hasil PCD tahun 2011:
Tidak ada kasus malaria yang terdeteksi

Program THT

Telah diketahui bahwa gangguan pendengaran ( hearing impairment) atau ketulian (deafness) mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga, masyarakat maupun Negara.
Penderita akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, terisolasi. Kehilangan kesempatan dalam aktualisasi diri, mengikuti pendidikan formal di sekolah umum, kehilangan kesempatan memperoleh pekerjaan; yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya kualitas hidup yang bersangkutan.

Kesulitan kesulitan tersebut diatas akan bertambah besar di negara berkembang mengingat masih terbatasnya infrastruktur kesehatan telinga dan pendengaran dalam melakukan pencegahan, deteksi dini, penatalaksanaan dan habilitas/ rehabilitasi.

Pertemuan WHO (Geneve, 2000) menyatakan bahwa 50 % gangguan pendengaran dapat dicegah (Preventable deafness) melalui kegiatan Primary Health Centre (PUSKESMAS).
Adapun faktor faktor penyebab gangguan pendengaran yang dapat dicegah adalah :

  1. OMSK ( Otitis Media Supuratif Kronis)
  2. Pemaparan bising
  3. Pemakaian obat ototoksik
  4. Infeksi selaput otak ( meningitis)
  5. Pernikahan antar keluarga

Mencegah kecacatan yang ditimbulkan akibat penyakit telinga dan gangguan pendengaran yang sering ditemukan pada masyarakat setempat dengan melaksanakan pencegahan terhadap penyakit telinga dibawah ini :

  1. OMSK
  2. Tuli sejak lahir ( kongenital ).
  3. Pemaparan bising (NIHL).
  4. Presbikusis.

Keempat penyakit telinga tsb diatas telah ditetapkan oleh WHO SEARO sebagai prioritas penanggulangan di Indonesia.

Pemeriksaan telinga pada siswa SMP

Program Kesehatan Jiwa


Masalah kesehatan jiwa memiliki ruang lingkup yang luas dan menimbulkan beban yang besar bagi masyarakat. Terdapat beragam gangguan kejiwaan yang sesungguhnya dialami oleh masyarakat, bukan hanya gangguan psikotik, namun terutama gangguan cemas, depresi dan gangguan jiwa yang tampil dalam bentuk berbagai keluhan fisik.

Untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai agar tercapai pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat, maka dikembangkan upaya pelananan kesehatan yang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah ada dan merupakan ujung tombak dari sistem pelayanan kesehatan, yaitu Puskesmas. Di Puskesmas Seririt I, pelayanan kesehatan jiwa telah dikembangkan sejak tahun 2010, bersama dengan tenaga ahli kesehatan jiwa dari Rumah Sakit Jiwa Bangli.

Integrasi pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh dokter umum, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas secara terintegrasi dengan pelayanan kesehatan dasar. Oleh karena itu, sembari dengan dilakukannya pemeriksaan fisik, juga dilakukan deteksi dini dan penanganan masalah kesehatan  jiwa. Selain pelayanan sehari-hari dalam pelayanan kesehatan dasar, di Puskesmas Seririt I juga dilakukan kunjungan dan pengobatan secara rutin setiap bulan oleh dokter ahli kejiwaan dari RS Jiwa Bangli. Program Kesehatan Jiwa Puskesmas Seririt I juga melakukan penyuluhan khusus kesehatan jiwa dan kunjungan rumah untuk pasien dengan gangguan kesehatan jiwa.

Berkaitan dengan program ini, tenaga kesehatan yang terspesialisasi dalam bidang kesehatan  jiwa bertindak sebagai konsultan dan pembina. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) kemudian menjadi tempat rujukan bagi pasien yang sulit ditangani di pelayanan kesehatan dasar.

ISPA & Diare

ISPA


Program ISPA merupakan salah satu program untuk menanggulangi penyakit menular yang melalui saluran pernafasan. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jarigan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah dan pleura.

Tujuan:

  1. Menekan angka kesakitan dan mencegah penularan penyakit ISPA dan pneumonia.
  2. Pengobatan terhadap ISPA dan pneumonia .

Sasaran : 
Semua penderita ISPA dan pneumonia
Kegiatan Program :
Usaha-usaha yang ditujukan pada reservoir, rantai penularan dan penduduk yang at risk

  • Reservoir
Pengobatan tepat pada penderita dan edukasi tentang cara penularan dari penyakit pernafasan yang diderita
  • At risk
Penyuluhan (PKM) berkelompok tentang menjaga daya tahan tubuh.

Ruang Lingkup Program ISPA :
Sesuai dengan tantangan yang dihadapi saat ini, ruang lingkup program ISPA meliputi :

  • Pengendalian pneumonia balita.
  • Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi Influenza yaitu penanggulangan episenter pandemi influenza, penanggulangan epidemi/ wabah dan penanggulangan pandemi influenza.
  • Pengembangan program ISPA yaitu diarahkan pada pengendalian ISPA diatas umur 5 tahun, ISPA akibat polusi udara sesuai dengan perkembangan dan kemampuan program.

Diare

Program diare merupakan salah satu program untuk menanggulangi penyakit menular. Penyakit ini ditularkan terutama melalui kontaminasi air dan makanan. Adapun tujuan, sasaran, dan kegiatan dari program penanggulangan diare adalah sebagai berikut :

Tujuan Umum :
  • Pengendalian dan pemberantasan penyakit diare.
Tujuan Khusus :
  • Untuk mengendalikan penyakit diare di wilayah kerja puskesmas Seririt I
  • Untuk membina peran serta masyarakat melalui penyuluhan sehingga dapat melakukan pencegahan diare dan tatalaksana diare di rumah tangga,
  • Untuk melaksanakan penyelidikan epidemiologi jika ditemukan kasus diare dengan dehidrasi,
Sasaran :
  • Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Seririt I
Kegiatan Program :
Usaha-usaha yang ditujukan pada reservoir, rantai penularan dan penduduk yang at risk adalah :
  • Reservoir 
Melaksanakan pengobatan diare dan rehidrasi pada kasus diare dengan dehidrasi sesuai standar pelayanan kesehatan.
  • Rantai penularan
Melaksanakan kaporitisasi pada sumber-sumber air minum baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat sendiri.
  • Penduduk yang at risk
  1. Melaksanakan penyuluhan pada masyarakat sehingga dapat melakukan pencegahan penyakit diare dan tatalaksana diare di rumah tangga.
  2. Melaksanakan penyelidikan epidemiologi pada kasus diare dengan dehidrasi untuk mengetahui adanya penderita lain di masyarakat dan mengetahui sumber penularan.


Upaya Kesehatan Mata

Masalah penglihatan tidak hanya merupakan masalah kesehatan atau medis, namun juga merupakan masalah sosial. Di Indonesia, telah dicanangkan Right to Sight 2020, sesuai dengan program Vision 2020 yang diterapkan oleh World Health Organization (WHO). Hal ini kemudian diwujukdan melalui kebijakan Penanggulanangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) di provinsi dan kabupaten/kota dengan fokus pada penyebab utama kebutaan, yaitu katarak, kelainan refrkais, glaukoma dan xeropththalmia.

Upaya kesehatan indera penglihatan di Puskesmas Seririt I merupakan salah satu upaya kesehatan berdasarkan kebijakan Penanggulanangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) Provinsi Bali. Demi mencapai tujuan “Mata Sehat 2020”, maka PGPK memiliki misi untuk melakukan promosi kesehatan untuk memberdayakan masyarakat, menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan secara dini, memfasilitasi pemerataan pelayanan kesehatan mata yang bermutu dan terjangkau, dan menggalang kemitraan dengan masyarakat dan pihak terkait.

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di tingkat Puskesmas adalah sebagai berikut:


  1. Promotif: penyuluhan kesehatan indera penglihatan
  2. Preventif: deteksi dini/skrining gangguan penglihatan (katarak, glaukoma, xerophthalmia, kelainan refraksi)
  3. Kuratif: pelyanan kesehatan mata dasar dan rujukan
Penjaringan kesehatan mata pada siswa SMA


Program Gigi dan Mulut



Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut :

  • Merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan medik ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
  • Dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-masing, guna mengantisipasi proses penyakit gigi dan mulut dan permasalahannya secara keseluruhan. 

Program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Seririt 1 tahun 2011, terdiri dari :

  • Pelayanan Kesehatan di dalam gedung
Berupa poliklinik gigi (pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, promotif, preventif, kuratif) 
  • Pelayanan Kesehatan di luar gedung

  1. UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) : penjaringan kesehatan di tingkat SD
  2. Posyandu plus  pelayanan gigi : penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut u/ balita 
4 Kasus terbanyak di Poliklinik Gigi Puskesmas Seririt 1 tahun 2011 :

  1. Kelainan pulpa : pulpitis
  2. Kelainan periodontal : periodontitis
  3. Caries dentis : hiperemis pulpa
  4. Persistensi : pencabutan gigi anak

Pelaksanaan UKGS


Usaha Kesehatan Sekolah


Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingg peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Tujuan UKS
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbudan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya
Sasaran UKS
sasaran pembinaan dan pengembangan UKS pada usia dini meliputi:

  • Sasaran primer/langsung:

  1. Anak usia sekolah menurut tahapan proses tumbuh kembang
  2. Ibu dari anak usia sekolah

  • Sasaran sekunder/penunjang (unsur diluar sekolah yang mempunyai nilai strategis):

  1. Guru, kader kesehatan, pemuka masyarakat, tokoh agama, organisasi pemuda serta LSM)
  2. TP UKS di setiap jenjang.
Pendidikan Kesehatan

  1. integrasi penjaskes kedalam kegiatan belajar dan bermain
  2. adanya buku pegangan/bacaan pendidikan kesehatan
  3. guru membuat satuan kegiatan harian (SKH) dan satuan kegiatan mingguan (SKM)
  4. tersedianya alat peraga penjaskes
  5. memiliki media pendidikan kesehatan (poster, lieflet)
  6. memiliki guru pembina UKS
  7. adanya program kemitraan (puskesmas, kepolisian, pertanian, dll)

Pelayanan kesehatan

  1. Dilaksanakannya Penyuluhan Kesehatan
  2. Memiliki buku pegangan guru mengenai DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak)
  3. Guru membuat Satuan Kegiatan Harian (SKH) dan Satuan Kegiatan Mingguan (SKM)
  4. Adanya pengukuran berat badan dan tinggi badan (setiap bulanya)
  5. Adanya pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan anak pada buku kesehatan anak masing-masing (secara berkala minimal 6 bulan sekali)>>Pemeriksaan dan perawatan kesehatan gigi,kebersihan anggota badan dll
  6. Dilakukannya penjaringan kesehatan anak
  7. Adanya rujukan bila diperlukan
  8. Melaksanakan P3K dan P3P
  9. Pengawasan makanan yang dibawa anak/maupun yang ada di kantin/Dapur
  10. Dilakukannya penyuluhan kepada orang tua murid TK/Paud tentang kesehatan anak, makanan yang bergizi,sehat dan aman
  11. Dilakukannya tes kemampuan motorik

 Pembinaan Lingkungan Sekolah

  1. Adanya air bersih, tempat cuci tangan mengalir, WC/Jamban, tempat sampah, saluran pembuangan air kotoran berfungsi dengan baik
  2. Ada halaman bermain yang memadai serta aman, Memiliki pojok UKS
  3. Melakukan kegiatan 3M Plus, 1kali seminggu
  4. Memiliki pagar sekolah, penghijauan/perindangan,  kebun sekolah, Toga
  5. Memiliki ruang UKS tersendiri dengan perlalatan yang cukup
  6. Melaksanakan program sekolah kawasan tanpa rokok
Pemeriksaan tanda vital siswa SMP

Penjaringan kesehatan siswa SMP


VCT / IMS



klinik VCT dan IMS dibangun sejak tahun 2011 dengan Pembina dr. Gede Karnaya dan dr. Indriyasa. adapun visi, misi, dan strategi klinik VCT dan IMS puskesmas seririt I adalah sebagai berikut:

Visi: 
meningkatkan upaya pengendalian penyakit menular IMS dan HIV/AIDS.
Misi:

  1. melaksanakan usaha pencegahan penulran IMS dan HIV melalui pendekatan lintas program, lintas sektoral, LSM, dan masyarakat.
  2. meningkatnya kepedulian IMS dan HIV melalui promosi, komunikasi, dan edukasi pada kelompok risiko tinggi.
  3. mengupayakan pemutusan rantai penularan pada daerah risiko tinggi.

Strategi:

  1. Penyuluhan secara berkesinambungan baik secara individual atau kelompok di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, dan lembaga swasta/pemerintah.
  2. Penemuan kasus sedini mungkin baik itu pasif pada klien yang datang ke puskesmas atau aktif melalui kegiatan mobile klinik ke tempat risiko tinggi (lokalisasi/kafe)
  3. Sosialisasi keberadaan layanan klinik kepada masyarakat dan lembaga swasta/pemerintah.
  4. Menjalin kerjasama dengan LSM dan lembaga swasta/pemerintah untuk mendapatkan dukungan program (moral, finansial, hukum)
  5. Memberikan layanan professional sesuai SOP di klinik IMS dan klinik VCT terutama aspek sukarela dan kerahasiaan pasien.
  6. Melaksanakan promosi dan distribusi kondom secara berkesinambungan kepada kelompok risiko tinggi.

klinik IMS dan VCT menyediakan pengobatan gratis yang berpedoman berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis sederhana. bangunannya pun terpisah dengan poli umum sehingga kerahasiaan pasien terjamin. selain itu terdapat konselor yang secara khusus dilatih untuk memberikan edukasi tentang HIV AIDS dan penyakit-penyakit infeksi menular seksual (IMS).

Dalam pelaksanaannya klinik IMS dan VCT tidak hanya menerima pasien secara pasif tetapi juga aktif mencari kelompok berisiko di tempat-tempat lokalisasi/kafe yang dinamakan VCT mobile.

Pengambilan sampel darah pada pegawai kafe untuk tes HIV

Wawancara pada pegawai kafe untuk deteksi dini penyakit IMS

Program Penanggulangan TB


Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan  hasil survei prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2004, secara regional di Bali ditemukan angka insidensi TB sebesar 64 per 100.000 penduduk.
Program Nasional Penanggulanangan TB bertujuan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantai penularan serta mencegah terjadinya multidrug resistant TB (MDR-TB). Melalui pelaksanaan program penanggulangan TB di tingkat pelayanan kesehatan dasar, termasuk di Puskesmas Seririt I, diharapkan dapat terwujud masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat di mana tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. 
Oleh karena itu, dalam upaya penanggulangan TB, dijalankan misi sebagai berikut:

  • Menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap pelayanan yang bermutu untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena TB;
  •  Menurunkan risiko penularan TB; dan
  • Mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat TB.

Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan asas desentralisasi, sehingga penemuan kasus baru maupun pengobatan diupayakan di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk program penanggulanan tuberkulosis di tingkat kecamatan berupa Puskesmas. Dalam pelaksanaan di Puskesmas, dibentuk Kelompok Puskesmas Pelaksana (KPP) yang terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dengan dikelilingi oleh 3-5 Puskesmas Satelit (PS).

Laboratorium


laboratorium puskesmas Seririt I berfungsi sebagai penunjang diagnostic dan penentuan terapi dari penyakit-penyakit yang masuk melalui UGD, Poli umum serta poli VCT dan IMS. Adapun pemeriksaan yang tersedia adalah:

  • DL,
  • Golongan Darah,
  • Urin lengkap,
  • Test darah malaria
  • Tes widal,
  • Hb sahli,
  • Gula darah,
  • Asam urat,
  • Pemeriksaan dahak,
  • Tes HIV,
  • Pemeriksaan lab IMS (Infeksi Menular Seksual)
Ruang Laboratorium


Program Gizi


Adapun kegiatan program gizi di puskesmas seririt I adalah  sebagai berikut:

Pencegahan primer :

  • Promosi kesehatan :

  1. Penyuluhan gizi masyarakat baik di Puskesmas maupun di luar Puskesmas tentang pentingnya vitamin A dan zat besi dan sumber makanan yang mengandung zat tersebut serta tentang pentingnya ASI eksklusif.
  2. Pemantauan kadarzi (Keluarga Sadar Gizi)
  3. Penyebarluasan pedoman umum gizi seimbang (PUGS)

  • Proteksi Spesifik :        

  1. Pemberian kapsul vitamin A untuk mencegah kekurangan vitamin A pada bayi, balita dan ibu nifas serta pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia pada ibu hamil. Tablet Fe diberikan secara rutin kepada bumil melalui bidan desa yang sudah ditunjuk sehingga tidak perlu lagi ke puskesmas.
  2. Memberikan makanan tambahan yang mengandung kalori dan protein pada anak sekolah.

Pencegahan sekunder

  • Deteksi Dini :


  1. Pemantauan tumbuh kembang balita (penimbangan dan pelayanan terpadu) di Posyandu setiap bulan.
  2. Pemantauan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), kurang  energi kalori (KEK), kurang energi protein (KEP) dan pemantauan status gizi (PSG).
  3. Pemantauan pola konsumsi pangan keluarga.
  4. Pemantauan bumil KEK dari saat hamil hingga melahirkan.
  5. Pemantauan garam beryodium dan distribusi kapsul yodium.
  6. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) dan berat badan (BB) pada ibu hamil secara rutin.


  • Pengobatan Tepat :


  1. Pengobatan kasus gizi buruk, kunjungan rumah bila menemukan kasus.
  2. Memberikan bahan makanan kepada keluarga dengan anggota gizi kurang.

Pencegahan tersier

  • Pemberian pendidikan di sekolah luar biasa kepada penderita dengan gizi kurang yang mengalami kecacatan seperti kebutaan, idiot atau retardasi mental.
Pencatatan dan Pemantauan Gizi Balita


Program Kesehatan Lingkungan


Tujuan program :

  • Menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor risiko timbulnya penyakit menular di masyarakat
  • Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang optimal,  
  • Meningkatnya mutu lingkungan hidup serta kemauan dan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat serta pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

Sasaran program

  • Tempat tinggal (rumah) penduduk,
  • Tempat-tempat umum (seperti pasar, restoran, tempat ibadah, sumber air minum penduduk, dan pembuangan air limbah dan sebagainya). Sasaran yang diperiksa pada tempat-tempat umum selain lingkungan fisiknya (pencemaran air, pembuangan sampah dan limbah lainnya), juga pengolahan makanan (food handler).

Strategi

  • Melakukan pemeriksaan ke rumah warga, tempat-tempat umum, tempat pengolahan makanan, lingkungan pemukiman dan tempat pengolahan pestisida,  
  • Edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan lingkungan baik secara perorangan maupun individu. 

Kegiatan Program

  • Inspeksi Sanitasi yaitu meliputi penyehatan air bersih, pengawasan tempat-tempat umum, tempat pengolahan makanan, pengawasan penggunaan jamban, pengawasan lingkungan pemukiman, pengendalian vektor dan tempat pengolahan pestisida,  
  • Penyuluhan secara perorangan di klinik Sanitasi dalam gedung maupun luar gedung.

Kegiatan yang Dilakukan 

  • Pengawasan Air Bersih
  • Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
  • Pengawasan Tempat Penjualan Makanan Minuman (TPM)
  • Pengawasan Rumah, Jamban Keluarga, Air Limbah, Sampah
  • Mengawasi usaha Makanan olahan yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat
  • Pelaksanaan klinik sanitasi
  • Memperkuat Kerjasama lintas sektor Pemberdayaan masyarakat

Program Promosi Kesehatan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.

Tujuan :
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Bentuk Kegiatan :
a. Peran Serta Masyarakat (Pratama, Madya, Mandiri, Utama)
  • Posyandu
  • TOGA
  • Pengobatan Tradisional
  • UKS
  • Desa Siaga
b. Penyuluhan Kesehatan
  • Penyuluhan dalam gedung
  • Penyuluhan luar gedung
  • Penyuluhan kelompok :
  1. Kelompok posyandu
  2. Penyuluhan masyarakat
  3. Anak sekolah
  • Penyuluhan perorangan
  1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
  2. Advokasi program kesehatan dan program prioritas
  3. Pembinaan dana sehat/jamkesmas

Penyuluhan mengenai IMS


Pelayanan Pengobatan

Pelayanan pengobatan puskesmas meliputi poli umum dan UGD. Sesuai dengan visi dan misi puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan pengobatan dasar secara merata dan berkualitas. pelayanan komprehensif dengan menitikberatkan pencegahan kesehatan melalui penyuluhan saat pasien sedang menunggu nomor antrian dan pemberian edukasi saat pasien sedang berobat.

Berikut 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Seririt I :
  1. Hipertensi primer (26%)
  2. Artritis (17%)
  3. Kencing manis (10%)
  4. Gastritis (9%)
  5. Bronkitis akut (8%)
  6. ISPA (7%)
  7. Dermatitis (7%)
  8. Asma (6%)
  9. Faringitis (6%)
  10. Influenza (4%)



Pemeriksaan Pasien di Polikliknik-UGD

Program Imunisasi



Tujuan Umum :
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Sasaran
Sasaran berdasarkan usia yang diimunisasi :

  1. Imunisasi Rutin (dibawah satu tahun)
  2. Wanita usia subur atau WUS (wanita yang berusia 15 – 49 tahun)
  3. Ibu hamil (bumil)
  4. Anak usia sekolah tingkat dasar

Pelaksanaan Program

  • Membuat jadwal pelayanan imunisasi diseluruh wilayah kerja Puskesmas Seririt I
  • Merencanakan kebutuhan vaksin dan peralatan vaksinasi, cold chain, cold box, vaksin carrier
  • Mengelola vaksin dan cold chain sesuai dengan petunjuk teknis
  • Memberikan Penyuluhan tentang Imunisasi
  • Imunisasi Dasar : bayi umur 0 – 11 bulan
  1. BCG                          : Bayi baru lahir – 11 bulan
  2. DPT Combo 1           : Bayi umur 2 bulan
  3. DPT Combo 2           : Bayi umur 3 bulan
  4. DPT Combo 3           : Bayi umur 4 bulan
  5. Polio 1                      : Bersamaan dengan BCG
  6. Polio 2                      : Bersamaan dengan DPT Combo 1
  7. Polio 3                      : Bersamaan dengan DPT Combo 2
  8. Polio 4                      : Bersamaan dengan DPT Combo 3
  9. Campak                    : Bayi umur 9 Bulan


  • Imunisasi Tambahan
  1. TT1 dan TT2           : diberikan pada bumil dan WUS yang belum T5
  2. Penentuan status T1-T5 ditentukan berdasarkan imunisasi DPT, DT dan TT yang telah didapatkan sebelumnya.
  3. T1 : telah mendapat DPT Combo I dan II
  4. T2 : telah mendapat DPT Combo I, II dan III
  5. T3 : telah mendapat DPT Combo I, II dan III + DT kelas 1 SD
  6. T4 : telah mendapat DPT Combo I, II dan III + DT kelas 1 SD + TT kelas 2 SD
  7. T5 : telah mendapat DPT Combo I, II dan III + DT kelas 1 SD + TT kelas 2 SD + TT kelas 3 SD


  • Imunisasi Anak Sekolah
  1. BIAS Campak         : anak Sekolah Dasar kelas 1 baru
  2. BIAS DT/TT           : DD pada anak Sekolah Dasar kelas 1 baru dan TT pada anak Sekolah Dasar kelas 2 dan kelas 3


  • Pencatatan dan Pelaporan
  • Monitoring dan Evaluasi
Imunisasi TT1 dan TT2 pada WUS


Program KIA-KB

Kegiatan Posyandu Balita

Pengertian
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,  pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan  di taman kanak-kanak.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Tujuan Khusus

  1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
  2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
  3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
  4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
  5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

Kegiatan

  • Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.
  • Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
  • Pemantauan tumbuh kembang balita
  • Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.
  • Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
  • Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit ringan.
  • Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
  • Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta kader-kader kesehatan.
  • Rujukan ke poli IMS


Tentang Kami

Puskesmas Seririt 1 merupakan Puskesmas yang terletak di Kelurahan Seririt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng dengan batas wilayah :

Utara           : Laut Jawa
Timur          : Wilayah Kerja Puskesmas Banjar 1
Selatan        : Wilayah Kerja Puskesmas Seririt 3
Barat           : Wilayah Kerja Puskesmas Seririt 2

Puskesmas Seririt 1 dibangun pada tahun 1951, dengan luas wilayah 1838 hektar yang terdiri dari 8 desa yaitu desa Kalianget, Joanyar, Tangguwisia, Sulanyah, Kelurahan Seririt, Bubunan, Patenon dan Pengastulan dengan jarak tempuh terjauh dari desa ke Puskesmas 6 Km. Tiap desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 ataupun roda 4 .

Berikut adalah Peta Wilayah kerja Puskesmas Seririt 1.



Visi
Mewujudkan masyarakat yang sehat, melalui pelayanan kesehatan yang prima.
Misi
  1. Memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan pengobatan dasar secara merata dan berkualitas
  2. Memberikan motivasi agar perilaku hidup bersih dan sehat menjadi milik masyarakat.
  3. Menjadikan aspek pencegahan sebagai perhatian utama terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
Strategi 
  • Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui pelatihan-pelatihan sesuai dengan program dinkes kabupaten.
  • Berupaya melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung upaya peningkatan pelayanan kesehatan.
  • Menjalani koordinasi dengan lintas sektoral dan lintas program agar mengupayakan kesehatan menjadi pertimbangan utama.
  • Menyelenggarakan upaya promkes, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga termasuk KB.
  • Membuka pelayanan rawat jalan yang bermutu, merata, terjangkau di puskesmas-puskesmas pembantu serta penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Tujuan Puskesmas Seririt I

Tujuan Umum
Meningkatkan kemajuan manajemen puskesmas dalam mengelola kegiatan dalam upaya meningkatkan fungsi puskesmas sebagai pusat pengembangan, pembinaan dan pelaksanaan upaya kesehatan di wilayah kerjanya.
Tujuan Khusus
  • Disusunnya rencana kegiatan puskesmas sebagai acuan guna meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan wilayah kerjanya.
  • Disusun rencana kegiatan puskesmas setelah diterimanya sumber daya dari berbagai sumber dalam rangka pemantapan penggerakan pelaksanaan kegiatan dalam tahun yang sedang berjalan.
Pelayanan Puskesmas :
  • Poliklinik Umum/UGD
  • Poliklinik Gigi
  • Poliklinik KIA/KB
  • Imunisasi
  • Poliklinik Gizi
  • Poliklinik Sanitasi
  • Poliklinik Rabies
  • Poliklinik VCT
  • Poliklinik IMS
  • Laboratorium Sederhana
Memberikan pelayanan setiap hari kerja : (Minggu/tanggal merah : Tutup)
Senin-Kamis : 08.00 - 13.30 WITA
Jumat : 08.00 - 12.00 WITA
Sabtu : 08.00 - 12.00 WITA